Pada jaman sekarang banyak keris yang hawa aura mistisnya sudah redup, sudah
dingin / adem / anyeb, mirip seperti keris kosong tak berpenghuni gaib.
Hawa aura gaibnya sudah menurun atau kerisnya pasif tidak memberikan tuahnya,
terpengaruh perkembangan jaman dimana keberadaan keris sudah mulai diabaikan,
tetapi kekuatan aura keris-keris tersebut akan terasa kembali ketika sudah
menyatu dengan seorang pemilik yang sesuai.Selama masih ada jarak antara
kebatinan si manusia dengan kerisnya, maka keberadaan keris itu tidak akan
banyak berarti. Tuah-nya pun mungkin tidak akan dirasakan.
Halaman ini menguraikan perilaku dari keris-keris yang sudah
menunjukkan penyatuannya dengan manusia pemiliknya dan memberikan pemahaman
mengenai apa yang harus dilakukan seorang pemilik keris supaya keris-kerisnya
dapat menyatu dengan dirinya, sehingga keris-kerisnya benar-benar dapat menjadi
pusaka dan sipat kandel dan tidak menjadi keris koleksi / pajangan saja.
Bagi anda yang memiliki atau menyimpan keris, sebaiknya juga memiliki
pengetahuan tentang tatacara pemakaian keris, pemeliharaan keris, dsb, jangan
hanya sekedar asal memiliki, menyimpan atau memakainya, supaya tidak
terbawa-bawa cerita tentang mistis keris atau pun mengkultuskan kegaiban keris,
supaya keris tidak dimusuhi orang karena cerita mistisnya, atau justru keris
dijadikan sebagai suatu bentuk pemujaan. Secara
umum keris-keris dibuat dengan tujuan untuk menyatu dan mendampingi manusia
pemiliknya, tuahnya dan kekuatan gaibnya sudah disesuaikan dengan si manusia calon
pemiliknya (si manusia pertama pemilik keris). Secara umum tujuan keris dibuat
dimaksudkan dengan cara penyatuan / pendampingannya masing-masing keris-keris
itu akan memberikan tuahnya kepada si manusia, dan untuk hasil kegaiban yang
maksimal dalam penyatuan itu dibutuhkan adanya penyatuan kebatinan si manusia
dengan kerisnya (ada interaksi batin). Karena sisi gaib sebuah keris jawa
adalah Bersifat wahyu, maka kegaiban keris jawa akan bekerja sendiri sesudah
ada penyatuan kebatinan dengan manusia pemiliknya dan akan melipatgandakan
pengaruh aktivitas dan perbuatan si manusia pemiliknya yang sejalan dengan
sifat kegaiban kerisnya, sehingga perbuatan-perbuatannya itu memberikan
pengaruh yang lebih besar dibandingkan tanpa keris. Keris jawa yang sudah
dimiliki oleh seseorang akan pasif peranan dan pengaruhnya jika belum ada
penyatuan kebatinan dengan orang si pemilik keris dan orangnya tidak melakukan
aktivitas dan perbuatan yang sejalan dengan sisi kegaiban kerisnya.
Karena
itu kegaiban keris jawa tidak akan bisa langsung dirasakan oleh orang-orang
pemilik keris dan banyak pemilik keris yang tidak bisa merasakan manfaat
kerisnya, karena kegaibannya akan bekerja hanya sesudah ada penyatuan kebatinan
pemiliknya dengan kerisnya dan kegaiban keris tidak sama dengan benda-benda
bertuah lain yang otomatis memberikan tuahnya sesudah bendanya dimiliki,
apalagi mengharapkannya bekerja sendiri mendatangkan rejeki dan kekayaan sama
seperti bertuah pesugihan, karena sifat kegaiban keris adalah melipatgandakan
pengaruh aktivitas dan perbuatan si pemilik keris yang sejalan dengan sifat
kegaiban kerisnya. Jadi, orangnya sendiri yang harus sakti, orangnya harus
bekerja, dsb, dan sesudah ada penyatuan kebatinan kerisnya dengan pemiliknya,
aktivitas dan perbuatan yang sejalan dengan sisi kegaiban kerisnya pengaruhnya
akan dilipatgandakan oleh kerisnya. Sifat kejiwaan keris sama seperti orang tua
yang memomong dan menjaga anaknya.
Bila
si manusia sebagai pihak yang diemong mampu peka rasa, bisa mendengarkan
bisikan gaib kerisnya yang berupa ide dan ilham dan firasat (dan mimpi), maka
orang itu akan dituntun kepada jalan / perbuatan yang mengantarkannya sukses
sesuai jenis tuah kerisnya masing-masing dan menjauhkannya dari kesulitan.
Sifat kejiwaan yang seperti itu tidak kita dapatkan dari benda-benda gaib lain.
Umumnya orang-orang jawa jaman dulu peka rasa dan batin, sehingga akan mudah
penyatuan kebatinannya dengan keris-kerisnya. Itulah juga sebabnya orang-orang
jawa jaman dulu, yang peka rasa, dan memahami kejawen, lebih memilih keris
daripada benda-benda gaib lain.Karena itu sebaiknya dipahami, jika kita
mempunyai sebuah keris, apapun jenis keris dan tuahnya, untuk mendapatkan
kegaibannya yang maksimal dibutuhkan adanya penyatuan kebatinan kita dengan si
keris (ada interaksi batin), bukan sekedar memiliki sebuah keris. Karena itu
jika kita merasa tidak bisa bersikap seperti orang-orang yang bisa peka rasa
dan firasat dan bisa menyatukan dirinya dengan keris-kerisnya, sebaiknya
janganlah kita memiliki keris. Lebih baik kalau kita memiliki benda-benda gaib
lain sebagai jimat ampuh untuk kesuksesan dan keberuntungan.
No comments:
Post a Comment