Friday, January 8, 2016

Menyatunya Keris Dengan Pemiliknya



Pada jaman sekarang banyak keris yang hawa aura mistisnya sudah redup, sudah dingin / adem / anyeb, mirip seperti keris kosong tak berpenghuni gaib.  Hawa aura gaibnya sudah menurun atau kerisnya pasif tidak memberikan tuahnya, terpengaruh perkembangan jaman dimana keberadaan keris sudah mulai diabaikan, tetapi kekuatan aura keris-keris tersebut akan terasa kembali ketika sudah menyatu dengan seorang pemilik yang sesuai.Selama masih ada jarak antara kebatinan si manusia dengan kerisnya, maka keberadaan keris itu tidak akan banyak berarti. Tuah-nya pun mungkin tidak akan dirasakan.




Halaman ini menguraikan perilaku dari keris-keris yang sudah menunjukkan penyatuannya dengan manusia pemiliknya dan memberikan pemahaman mengenai apa yang harus dilakukan seorang pemilik keris supaya keris-kerisnya dapat menyatu dengan dirinya, sehingga keris-kerisnya benar-benar dapat menjadi pusaka dan sipat kandel dan tidak menjadi keris koleksi / pajangan saja. Bagi anda yang memiliki atau menyimpan keris, sebaiknya juga memiliki pengetahuan tentang tatacara pemakaian keris, pemeliharaan keris, dsb, jangan hanya sekedar asal memiliki, menyimpan atau memakainya, supaya tidak terbawa-bawa cerita tentang mistis keris atau pun mengkultuskan kegaiban keris, supaya keris tidak dimusuhi orang karena cerita mistisnya, atau justru keris dijadikan sebagai suatu bentuk pemujaan. Secara umum keris-keris dibuat dengan tujuan untuk menyatu dan mendampingi manusia pemiliknya, tuahnya dan kekuatan gaibnya sudah disesuaikan dengan si manusia calon pemiliknya (si manusia pertama pemilik keris). Secara umum tujuan keris dibuat dimaksudkan dengan cara penyatuan / pendampingannya masing-masing keris-keris itu akan memberikan tuahnya kepada si manusia, dan untuk hasil kegaiban yang maksimal dalam penyatuan itu dibutuhkan adanya penyatuan kebatinan si manusia dengan kerisnya (ada interaksi batin). Karena sisi gaib sebuah keris jawa adalah Bersifat wahyu, maka kegaiban keris jawa akan bekerja sendiri sesudah ada penyatuan kebatinan dengan manusia pemiliknya dan akan melipatgandakan pengaruh aktivitas dan perbuatan si manusia pemiliknya yang sejalan dengan sifat kegaiban kerisnya, sehingga perbuatan-perbuatannya itu memberikan pengaruh yang lebih besar dibandingkan tanpa keris. Keris jawa yang sudah dimiliki oleh seseorang akan pasif peranan dan pengaruhnya jika belum ada penyatuan kebatinan dengan orang si pemilik keris dan orangnya tidak melakukan aktivitas dan perbuatan yang sejalan dengan sisi kegaiban kerisnya.
Karena itu kegaiban keris jawa tidak akan bisa langsung dirasakan oleh orang-orang pemilik keris dan banyak pemilik keris yang tidak bisa merasakan manfaat kerisnya, karena kegaibannya akan bekerja hanya sesudah ada penyatuan kebatinan pemiliknya dengan kerisnya dan kegaiban keris tidak sama dengan benda-benda bertuah lain yang otomatis memberikan tuahnya sesudah bendanya dimiliki, apalagi mengharapkannya bekerja sendiri mendatangkan rejeki dan kekayaan sama seperti bertuah pesugihan, karena sifat kegaiban keris adalah melipatgandakan pengaruh aktivitas dan perbuatan si pemilik keris yang sejalan dengan sifat kegaiban kerisnya. Jadi, orangnya sendiri yang harus sakti, orangnya harus bekerja, dsb, dan sesudah ada penyatuan kebatinan kerisnya dengan pemiliknya, aktivitas dan perbuatan yang sejalan dengan sisi kegaiban kerisnya pengaruhnya akan dilipatgandakan oleh kerisnya. Sifat kejiwaan keris sama seperti orang tua yang memomong dan menjaga anaknya.
Bila si manusia sebagai pihak yang diemong mampu peka rasa, bisa mendengarkan bisikan gaib kerisnya yang berupa ide dan ilham dan firasat (dan mimpi), maka orang itu akan dituntun kepada jalan / perbuatan yang mengantarkannya sukses sesuai jenis tuah kerisnya masing-masing dan menjauhkannya dari kesulitan. Sifat kejiwaan yang seperti itu tidak kita dapatkan dari benda-benda gaib lain. Umumnya orang-orang jawa jaman dulu peka rasa dan batin, sehingga akan mudah penyatuan kebatinannya dengan keris-kerisnya. Itulah juga sebabnya orang-orang jawa jaman dulu, yang peka rasa, dan memahami kejawen, lebih memilih keris daripada benda-benda gaib lain.Karena itu sebaiknya dipahami, jika kita mempunyai sebuah keris, apapun jenis keris dan tuahnya, untuk mendapatkan kegaibannya yang maksimal dibutuhkan adanya penyatuan kebatinan kita dengan si keris (ada interaksi batin), bukan sekedar memiliki sebuah keris. Karena itu jika kita merasa tidak bisa bersikap seperti orang-orang yang bisa peka rasa dan firasat dan bisa menyatukan dirinya dengan keris-kerisnya, sebaiknya janganlah kita memiliki keris. Lebih baik kalau kita memiliki benda-benda gaib lain sebagai jimat ampuh untuk kesuksesan dan keberuntungan.

No comments:

Post a Comment